12:49

Kegagalan Dalam Menjalankan Usaha

Banyak orang yang memulai usaha tetapi akhirnya gagal karena kesalahan dalam pengelolaan keuangan.

Seperti contoh yang terjadi pada Ibu Indah (nama samaran), seorang ibu rumah tangga. Ibu Indah memiliki hobby memasak. Menurut teman-teman dan saudara-saudaranya, masakan Ibu Indah enak. Malah kalau ada acara kecil-kecilan seperti arisan atau pesta keluarga, para kerabatnya sering memesan makanan kepada Ibu Indah.

Kebetulan rumah Ibu Indah berdekatan dengan toserba yang memiliki banyak karyawan, dan di sekitar situ banyak terdapat kost-kostan untuk para karyawan. Dia melihat adanya peluang bisnis. Maka dia memutuskan untuk membuka usaha warung makan di halaman rumahnya. Untuk modal awal, Ibu Indah memerlukan uang sebanyak Rp. 15.000.000.-. Uang tersebut sebagian menggunakan uang tabungan Ibu Indah sebesar Rp. 10.000.000.-, dan sebagian lagi dipinjam dari kenalan Ibu Indah sebesar Rp. 5.000.000.- dengan jangka waktu 5 bulan, yang artinya dia harus membayar Rp. 1.000.000.- per bulan, selama 5 bulan. Dari pinjaman itu, setiap bulannya Ibu Indah harus membayar bunga sebesar 10% dari pokok pinjaman. Artinya 10% dikali Rp. 5.000.000.-, sama dengan Rp. 500.000.-. Total cicilan + bunga yang harus dibayar Ibu Indah kepada kenalannya setiap bulan adalah Rp. 1.500.000.-

Sebenarnya Ibu Indah merasa keberatan dengan bunga pinjaman sebesar itu. Tapi karena modal usahanya masih kurang, maka Ibu Indah memutuskan untuk meminjam uang dari kenalannya tersebut. ”Lagipula cicilannya hanya Rp. 60.000.- perhari. Kalau sehari saya bisa menjual minimal 10 porsi nasi campur dengan harga minimal Rp. 6.000.- per porsi, saya mampu untuk membayar cicilan tersebut” begitu pikir Ibu Indah.

Singkat kata, berdasarkan modal uang pribadi dan uang pinjaman serta skill/keterampilan memasaknya, Ibu Indah mulai menjalankan usaha warung makannya. Banyak karyawan/karyawati yang makan di warung makan tersebut. Karena selain lokasinya dekat dengan toserba, suasana warung yang bersih dan nyaman, jam buka warung yang tetap buka sampai malam, pelayanan yang ramah, penyajian makanan yang menarik, pilihan menu yang bervariasi, rasa makanan yang enak, serta harga yang terjangkau juga membuat para karyawan lebih memilih untuk makan di warung makan Ibu Indah tersebut. Ditambah lagi dengan adanya pelayanan delivery service ke tempat-tempat kost di sekitar rumahnya, membuat warung nasi Ibu Indah menjadi favorit para pelanggannya.

Dengan omset lebih dari 100 porsi dalam sehari, bisa dibayangkan berapa kira-kira penghasilan yang diperoleh Ibu Indah dalam sebulan. Kita asumsikan dalam sebulan ada 25 hari kerja, harga seporsi makanan paling murah Rp. 6.000.-, dan minimal makanan yang terjual adalah 100 porsi. Jadi dalam sebulan, dikalkulasikan Ibu Indah bisa memperolah penghasilan 25 x 100 x Rp. 6.000.-, yaitu sebesar Rp. 15.000.000.- Waw!!! Minimal lima belas juta rupiah dalam sebulan!! Bandingkan dengan rata-rata gaji seorang manajer tingkat menengah di kota Bandung, mungkin hanya berkisar pada angka Rp. 7.500.000.- Angka yang fantastis untuk sebuah usaha warung makan bukan?

Tapi ingat, Ibu Indah juga harus mengeluarkan biaya-biaya untuk mendukung usahanya tersebut, antara lain belanja bahan makanan, BBM, bayar listrik&telepon, bensin untuk motor delivery service, gaji tiga orang karyawan, dan biaya lain-lain. Total sebulan Ibu Indah harus mengeluarkan biaya sebesar rata-rata Rp. 9.000.000.-

Jadi setelah dikurangi biaya-biaya, sisa penghasilan Ibu Indah adalah Rp. 6.000.000.- Ibu Indah masih mempunyai kewajiban membayar cicilan pinjaman sebesar Rp. 1.500.000.- selama 5 bulan. Jadi dalam 5 bulan pertama, penghasilan bersih Ibu Indah adalah sebesar Rp. 4.500.000.- Uang tersebut bisa untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari keluarganya, membiayai uang sekolah anak-anaknya, dan sisanya untuk ditabung.

Tapi ternyata, setelah beberapa bulan usaha tersebut berjalan, tabungan Ibu Indah di bank hanya bertambah sedikit. Malah pada bulan ke-5, tepat setelah cicilan pinjamannya lunas, Ibu Indah meminjam lagi kepada kenalannya itu sebesar Rp. 10.000.000.- untuk membiayai usahanya tersebut agar tetap berjalan. Dua bulan kemudian, belum lunas pinjamannya, Ibu Indah menambah pinjaman lagi sebesar Rp. 10.000.000.-. Total cicilan + bunga yang harus dibayar oleh Ibu Indah dalam sebulan adalah Rp. 6.000.000.-. Uang hasil berjualan makanan, habis untuk membayar angsuran. Sedangkan untuk pembelian bahan makanan dan gaji karyawan, Ibu Indah terpaksa harus menambah pinjaman lagi. Begitu terus sampai pada suatu saat, kenalannya tidak mau memberikan pinjaman lagi karena total pinjaman Ibu Indah yang sudah sangat banyak, mencapai puluhan juta rupiah. Selain itu, reputasinya di masyarakat sebagai orang yang memiliki banyak hutang, membuat dia sulit mendapatkan pinjaman dari pihak lain. Akhirnya karena tidak ada modal lagi, usahanya terhenti. Ibu Indah tidak mengerti kenapa uang nya bisa habis tak tersisa, karena dia tidak memiliki catatan atas keuangan usaha warung nasinya tersebut. Sungguh malang nasib Ibu Indah. Uang habis tak tersisa, ditambah lagi terbelit hutang puluhan juta.

Contoh di atas adalah contoh pengelolaan keuangan yang buruk yang mengakibatkan gagalnya usaha, bahkan sampai terbelit hutang.

Apakah anda pernah mengalami hal seperti itu?

Apakah anda pernah mencoba berwirausaha dan kemudian gagal?

Apakah modal yang sudah anda keluarkan untuk usaha tidak kembali ke tangan anda?

Ataukah anda baru mau memulai usaha tapi takut dengan resiko seperti di atas?

Anda ingin tau kenapa hal seperti contoh di atas bisa terjadi?

Jawabannya akan dikupas tuntas di artikel selanjutnya. ^_^


Written in Bandung, May 17th 2009
Gitz 2009

source : Pengalaman pribadi salah seorang kenalan.
note : Jumlah uang & angka-angka pada contoh tersebut di atas hanya sebagai contoh untuk mempermudah dalam menjelaskan.

0 comments: